Siang itu sangat panas, terik matahari menyilaukan setiap mata yang mendongak ke atas. Di kursi panjang di taman kota Jasmine duduk manis dengan sebuah buku di tangannya. Ya, dia sedang membaca kisah-kisah sahabat Nabi Salallahu alaihi wasallam, tepat lembar setelahnya tertera nama seorang sahabat Nabi, Salman Al-Farisi.
Ingatannya kembali, ketika suatu hari ia membaca mengenai cinta Salman Al-Farisi. Saat keinginannya untuk menggenapkan agama dengan pernikahan dengan ditemani saudara seiman Abu Darda' pergi menemui kedua orang tua gadis Madinah tersebut. Akan tetapi, jawaban gadis tersebut sangatlah mengejutkan. Sang gadis lebih memilih Abu Darda' sebagai calon suaminya, padahal bukanlah Abu Darda' yang datang melamarnya melainkan Salman Al-Farisi. Bagai petir di siang bolong, hati Salman pasti menyayat, tetapi apa perkataan Salman, "Allahu Akbar! Aku bersedia menanggung mahar Abu Darda' dan nafkahnya untuk pelaminan nanti." sungguh,,,betapa tegarnya Salman al-Farisi.
Assalamu 'alaikum Jasmine..!!, ucapan salam itu mengejutkan Jasmine yang tengah mengingat kisah cinta Salman. "Koq, ga dijawab salamnya..?" Najma menegur Jasmine yang baru saja bangun dari lamunannya..
"Wa'alaikumussalam naj..maaf tadi lagi berpikir trus kamu kagetin, hehe..
"Ayo, kita pulang! Aku bonceng deh, "ujar Najma menawarkan untuk pulang bareng. Akhirnya mereka pulang dengan membawa masing-masing cerita hari itu.
Malam yang dingin, setelah shalat isya...ia menuju jendela kamar untuk menutup korden pink. Terlintas lelaki berjaket coklat dengan ransel di punggungnya. "Seperti mengenalnya..." gumam Jasmine, "Astaghfirullah..." Jasmine segera menutup korden dan kembali ke meja belajarnya. Ia menyadari kelalaiannya, tidak menjaga pandangan mata.
Di depan layar laptopnya, ia teringat sosok lelaki itu. Yah mr.R, sosok lelaki yang pernah datang dalam hidupnya, sosok yang sangat dewasa untuk menjadi kakak bagi Jasmine. Kisah itu berawal ketika suatu hari mr.R harus menghubungi Jasmine terkait keadaan adiknya.
Mr. R yang berada di daerah lain, kesulitan berkomunikasi dengan adiknya, saat itu adiknya belum mendapat ijin untuk membawa handphone. Perlu diketahui, handphone dahulu sangat langka dan hal yang tidak patut dipegang bagi mereka yang masih sekolah.
Akhirnya Jasmine lah yang menjadi terminal komunikasi kakak beradik itu, hingga suatu kelalaian itu datang, terjalin keakraban yang tak layak bagi seorang perempuan dan laki-laki. Jasmine mengakui bahwa dirinya nyaman dengan sikap mr.R yang dewasa. Mr.R adalah anak pertama, jadi pantas saja jika ia dewasa.
Hari demi hari, minggu demi minggu, tepat bulan kelahiran Jasmine, kesadaran mr.R dan Jasmine akan kelalaian itu. Mereka saling mengungkapan kesadaran mereka mengenai kelalaian yang tengah menemani kehidupannya bulan-bulan ini. Pada akhirnya keduanya memutuskan untuk menghentikan keakraban yang tak layak ini.Keduanya berusaha mensucikan hati masing-masing untuk mendapatkan hati suci yang lain.
Mereka sadar bahwa Takdir Allah Lebih Baik dan BERPISAH KARENA ALLAH LEBIH INDAH daripada bersatu tanpa Ridho Illahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar