ما حدث بنا؟

Kata-kata bahwa setiap hidup ini penuh lika-liku memang sering kita dengar, tapi terkadang kita lupa ketika tikungan tajam itu dihadapan, setiap manusia memiliki keistimewaan dan kekurangan tetapi jangan kita berpaling dari keistimewaan dan terus melihat kekurangan.
Sebuah kekurangan akan menjadi sebuah keistimewaan bagi orang lain, bagaimana bisa?? karena dengan kekurangan itu keistimewaan orang lain terlihat, dan menutup sisi kekurangannya..
So...jangan pernah menilai orang dari satu sisi satu kacamata, lihatlah bahwa dia memiliki hal lain yang tak kita miliki dan mampu kita miliki..
Kekurangan orang atau kelebihan orang bukan alasan untuk selalu menyematkan kelebihan dan kekurangan kepadanya , karena kesalahan bukan 100% kepadanya...
Bukankah lebih baik kita menjunjung kelebihannya dan memperbaiki kekurangannya..?? Bersambung...

TUNGGU AKU, UKHTI…

Dari Rajâ` bin ‘Umar an-Nakha’iy, dia berkata,
“Di Kufah ada seorang pemuda berparas tampan, sangat rajin beribadah dan sungguh-sungguh. Dia juga termasuk salah seorang Ahli Zuhud. Suatu ketika, dia singgah beberapa waktu di perkampungan kaum Nukha’ lalu –tanpa sengaja- matanya melihat seorang wanita muda mereka yang berparas elok nan rupawan.

Kata-katamu adalah ujian bagimu

Entah dari mana aku mendapatkan nasehat bahwa setiap kata yang kita ucapkan akan diujikan kepada diri kita, setiap manusia pasti mempunyai prinsip masing-masing setiap liku kehidupannya akan ia jalani berdasarkan prinsipnya.
Terkadang tanpa rasa sadar kita mengucapkan sebuah kalimat yang ringan tentang prinsip kita di kala itu.

Dari budak menjadi ulama

‘ATHA’ BIN ABI RABBAH
Beliau adalah Syaikhul Islam, ulama tabi’in yang berilmu dan mengamalkan ilmunya. Seorang mufti Masjidil Haram yang tsiqah dan ahli manasik haji. Nama asli beliau ialah Abu Muhammad ‘Atha bin Abi Rabah Aslam bin Shafwan, kunyahnya Abu Muhammad Al-Makki. Beliau berasal dari desa Al-Janad di negeri Yaman dan lahir di masa kekhalifahan Utsman Bin Affan.